Ah memangnya Dilan, berat. "Kamu tidak akan kuat, biar aku saja", katanya pada rindunya.
Menulis, kata para motivator kepenulisan, hanya butuh kemauan dan ketekunan.
Apa iya begitu?
Nyatanya, menulis memang harus ada kemauan dan bersambut-gayung dengan ketekunan, selanjutnya tinggal membangkitkan eksistensi menulis. "Tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa menulis" kata mereka.
Nyatanya, menulis memang harus ada kemauan dan bersambut-gayung dengan ketekunan, selanjutnya tinggal membangkitkan eksistensi menulis. "Tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa menulis" kata mereka.
Tapi, ada kenyataan lain yang tidak terpungkiri, banyak orang yang susah untuk memulai menulis. Atau, jika menulispun, akan berputar-putar seperti mainan di wahana hiburan. Ya, serupa tulisan saya ini. Hehe.
Sebenarnya apa sih yang akan diperoleh jika sudah sering menulis?
Banyak orang mengawali dunia menulis dengan berharap menghasilkan uang. Iya benar, menulis memang bisa menghasilkan uang. Tapi, jika kita terlalu terobsesi dengan tujuan tersebut, kita harus bersiap kecewa dan lekas menyerah.
Sebenarnya apa sih yang akan diperoleh jika sudah sering menulis?
Banyak orang mengawali dunia menulis dengan berharap menghasilkan uang. Iya benar, menulis memang bisa menghasilkan uang. Tapi, jika kita terlalu terobsesi dengan tujuan tersebut, kita harus bersiap kecewa dan lekas menyerah.
Ada juga yang meniatkan menumpuk dokumentasi karya. Semua sah-sah saja. Semua diperbolehkan. Tapi, tujuan seperti ini ternyata juga ada ujung lelahnya. Akan datang masa "mandul" perihal produktivitas karya.
Lalu, bagaimana yang tepat ya?
Sebagai catatan, ada kutipan tujuan, misal karya sastra sebagai berikut.
Tujuan pengarang menulis sebuah karya sastra adalah untuk mengomunikasikan ide melalui amanat yang ada pada sebuah cerpen dan mengapresiasikan pikiran dan perasaan estetis atau keindahan seorang pengarang.
Ayo sobat, bagaimana menurut pendapat kalian. 😀
Comments
Post a Comment