"Semakin aku ingin menjadi juara, sebenarnya aku semakin berat untuk meraih juara." Nur Kholis Huda - anak bawang (goreng)
Aku masih sering teringat kegagalan-kegagalan ketika mengikuti perlombaan. Namun, semakin hari, semakin tersadar bahwa menjadi juara dalam sebuah perlombaan bukan tujuan utama.
Hampir setahun lalu, aku pernah menjadi finalis sebuah lomba yang bisa dikatakan cukup bergengsi di kalangan pendidik. Pada babak pertama, namaku muncul pada urutan teratas. Justru hal ini yang menjadikan beban setiap langkah ke babak selanjutnya. Mulai dari nafsu ingin menang, perlakuan kompetitor yang terasa "dingin", hingga segala macam "tetek bengek" menghantui pikiranku (jiahahah lebay).
Eits, tapi ini serius. Aku masih ingat ketika pertama kali menginjakkan kaki di lokasi lomba, para peserta yang urutannya seimbang, dalam arti mempunyai kesempatan menang, hampir tidak mau berbicara denganku. Saat itu, rasanya ingin "misuh" tapi takut dosa, heuheu.
Belum lagi, ketika di-PHP dengan hasil awal yang bagus. Wah, nafsu di tubuh ini menari-nari ingin lebih awal merayakan pesta, wkwk. Ternyata, semakin ingin menang, semakin jauh dari kemenangan. Lah wong Tuhan bisa dengan mudah menentukan hasilnya.
Dan itu bukan pertama kali sebenarnya, aku juga pernah mengikuti olimpiade tik dalam tiga tahun berturut-turut. Tahun pertama, aku pasrah karena baru mulai belajar, eh juara dua. Tahun kedua, karena sebelumnya sudah juara, maka keinginanku menjadi juara 1, eh malah mbleset cuma menjadi juara harapan.
Nah, pada tahun ketiga, setelah beberapa kali gagal karena terlalu nafsu ingin menang. Aku cuma berlomba seadanya, tapi pastinya ya tetap usaha menyiapkan materi. Dalam perlombaan ini, ada sebuah titipan dari Ibuku secara spiritual.
Saat pembukaan lomba, aku izin keluar meninggalkan acara. Tujuanku cuma satu. Aku sudah terlanjur berjanji kepada Ibuku untuk menjalankan ucapannya. Aku tidak peduli mau menang atau kalah, yang penting aku tidak berdosa. Aku sudah melaksanakan perintahnya. Itu saja.
Akhirnya, justru pada kondisi seperti itu, aku malah menjadi juara 1. Jadi, yang juara ini sebenarnya aku atau Ibuku? Heuheu. Aku tidak akan menjadi juara tanpa doa ibuku. Semakin aku ingin menjadi juara, sebenarnya aku semakin berat untuk meraih gelar juara. *
Olimpiade TIK 2018 |
Comments
Post a Comment