Gambar: Dhani Art
Surajaya Selepas Maghrib
Oleh: Herry Lamongan
bara tungku dadamu terasa masih
membakar undak-undak,
hangat pada saf-saf yang menyanyi ole ole
lengket bola dalam pelukan
lompatmu trengginas menggaris angkasa
tapi surat-surat senja
menghempas tiba-tiba, menghentikan aplaus cinta yang berjamaah seluas surajaya. mata kami menggigil, kapten
hati kami berlinangan melepasmu
pulang abadi
engkau tak sekadar turun minum, bukan?
rumputan hanya jalan
benturan hanya jalan, kalau memang telah saatmu berpulang
tangisan apalagi mampu menahan
duka cita siapa lagi pantas memaksamu tetap fana depan gawang?
kapten
mendung dan gerimis, dan kami
tak lebih peziarah usia yang dimakamkan
engkau kekal kepada rumah sejati
karena Aku memanggilmu pulang
18.30.16/7/17
Biodata Herry Lamongan
Nama Aslinya Djuhaeri. Lahir di Bondowoso, 8 Mei. Serius menulis sajak dalam Bahasa Indonesia dan Jawa Sejak 1983. Karya-Karyanya pernah dimuat sejumlah media cetak, antara lain: Pelita, Berita Buana, Horison, Merdeka, Simponi, Sawadesi, Hai, Gadis, Singgalang, Mimbar Umum, Analisa, Kedaulatan Rakyat, Yogya Post, Jaka Lodang, Mekar Sari, Eksponen, Wawasan, Cempaka, Karya Darma, Memorandum, Surya, Surabaya Post, Jawa Pos, Mingguan Guru, Media, Jaya Baya, Penyebar Semangat, Tebu Ireng, Akcaya, Bali Post, Kali Mas, Karya Bakti, Nusa Tenggara, Suara Rakyat Semesta, Variasari-Malaysia, Salam, Jawa Anyar, Radar Bojonegoro, Tabloid Telunjuk, Suluk, serta banyak buletin sastra yang pernah terbit di berbagai kota.
Puisi-Puisinya terhimpun dalam: Surat Hening, Latar Ngarep, Ibukota Bahasa, Equator, Moh, Danau Angsa, Dll. Herry bermukim di kota alit Lamongan, sebagai kesaksiannya yang sederhana atas kehidupan ia akan terus nenulis sajak.
Comments
Post a Comment