Oleh: Zehan Zareez
Sejak tanah lahirku gembur
Aku selalu ditimang dengan nyanyian-nyanyian makmur
Jujur,
Bahkan mungkin hingga nanti ketika boleh jadi jiwaku hampir hancur lebur
Aku akan tetap berdiri di sini;
Di barisan terdepan para politikus yang nuraninya tunggal fungsi dengan dubur
Aku tak pernah belajar cara menghianati hati
Apalagi menelanjangi,
Bahkan hingga sudi menukarnya dengan pundi-pundi harga diri
Menjadi manusia, tak perlu sedurjana babi
Bukankah begitu ?
Anggap saja ini puisi
Yang saban kalimatnya kupetik dari ujung rapuh air mataku
Yang saban kafiyahnya kunukil dari longgarnya isi kepalamu
Atau,
Jika ini bukan puisi
Mungkin Tuhan sengaja menciptakan jari jemariku
Untuk menjelma peri kecil ‘adn
Membangunkan jiwaku; jiwamu
Agar mengerti bahwa sekedar memainkan kaki saja
Bukan cara satu-satunya istirah mencapai singgasana
Aku menanyakan kabar hatiku sendiri
Pada hatimu
Adakah ia masih sebentuk hati ?
Sedia dulu
Hatimu baik-baik saja di sini
Namun sungguh,
Aku tak begitu rela jika kelak harus masuk surga
Sambil membawa hatimu
2018
Comments
Post a Comment