aku larutkan saja gelisah jalan
pada langit
pada diam pintu
pada garis-garis dingin bila hujan luruh meniti angin
tak akan lagi kuucap hasrat sepi
di musawarah batu-batu
karena kata-kata tak pernah terbit
dari warung-warung terkunci
senda gurau lingsir oleh gempa bertubi pada cuaca
siang malam mata terpejam
kerna silau akan sajak juga tak hadir di latar
sebab tiada lagi perjamuan tiada lagi bincang-bincang.
warung-warung lelap dalam lipatan
barat timur lengang
pintu-pintu lunglai
20.45.11/10/17
Biodata Herry Lamongan
Nama Aslinya Djuhaeri. Lahir di Bondowoso, 8 Mei. Serius menulis sajak dalam Bahasa Indonesia dan Jawa Sejak 1983. Karya-Karyanya pernah dimuat sejumlah media cetak, antara lain: Pelita, Berita Buana, Horison, Merdeka, Simponi, Sawadesi, Hai, Gadis, Singgalang, Mimbar Umum, Analisa, Kedaulatan Rakyat, Yogya Post, Jaka Lodang, Mekar Sari, Eksponen, Wawasan, Cempaka, Karya Darma, Memorandum, Surya, Surabaya Post, Jawa Pos, Mingguan Guru, Media, Jaya Baya, Penyebar Semangat, Tebu Ireng, Akcaya, Bali Post, Kali Mas, Karya Bakti, Nusa Tenggara, Suara Rakyat Semesta, Variasari-Malaysia, Salam, Jawa Anyar, Radar Bojonegoro, Tabloid Telunjuk, Suluk, serta banyak buletin sastra yang pernah terbit di berbagai kota.
Puisi-Puisinya terhimpun dalam: Surat Hening, Latar Ngarep, Ibukota Bahasa, Equator, Moh, Danau Angsa, Dll. Herry bermukim di kota alit Lamongan, sebagai kesaksiannya yang sederhana atas kehidupan ia akan terus nenulis sajak.
Comments
Post a Comment